KARTU PONSEL YANG DIMINATI
SISWA MTsN MALANG I
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Karya Ilmiah Remaja (KIR)
yang dibimbing oleh Bapak Saiful Bahri Afandi, S.Pd
Oleh :
1. Fariz Yusuf M. (8E/08)
2. Ghifari Amirullah H. (8E/11)
3. Imam Syafi’i (8E/13)
4. Moch. Ischak (8E/18)
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI I
MALANG
2010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan rasa syukur ke hadirat Allah swt. yang dengan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang mengangkat judul “Kartu Ponsel yang Diminati Siswa MTsN Malang I” ini telah selesai kami susun untuk dapat digunakan sebagai bahan bacaan bagi semua siswa dan siswi MTsN Malang I.
Melalui makalah ini juga, kita mendapat tambahan informasi yaitu bagaimanakah persentase pilihan para siswa di MTsN Malang I berkaitan dengan kartu ponsel (SIM Card) yang beragam yang ada di Indonesia. Kita juga dapat mengetahui alasan mereka dalam memilih kartu ponsel yang akan digunakannya untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam penulisan makalah ini, kami tidak akan mampu menyelesaikannya tanpa ada yang membimbing. Oleh karena itu, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Saiful Bahri Afandi, S.Pd, yang sangat berpengaruh terhadap selesainya makalah ini. Beliau telah membina kami melalui penyampaian teori-teori dasar dalam penulisan makalah dan telah banyak memberi saran dari konsultasi yang telah kami lakukan.
Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu, kami berharap bagi para pembaca supaya dapat menyampaikan kritik atau saran sehingga kami dapat berbuat yang lebih baik di masa yang akan datang. Kami akan dengan senang hati menerimanya.
Kepada Allah swt. kami mohon taufiq serta hidayah-Nya, semoga apa yang telah kami susun ini senantiasa dalam keridlaan-Nya. Amin.
Malang, 29 Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Metode Pengumpulan Data 2
1. Rancangan Penulisan Makalah 2
2. Waktu dan Tempat 2
Bab II Landasan Teori 2
Bab III Pembahasan 8
Bab IV Penutup 12
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dahulu, manusia selalu menginginkan segala sesuatunya serba mudah, praktis, dan cepat. Mereka berpikir untuk menciptakan sesuatu yang dapat mewujudkan keinginan mereka itu. Kemudian, manusia menemukan sebuah gagasan, yaitu teknologi. Kemudian, seiring berkembangnya zaman, teknologi menjadi salah satu aspek penting dalam menunjang kehidupan manusia.
Teknologi informasi sudah ada sejak tahun 3000 SM, yaitu mulai ditemukannya abjad, gambar-gambar, dan kertas. Sejak saat itu, teknologi semakin maju dengan ditemukannya alat komunikasi, yaitu telegraf dan radio pada awal tahun 1900-an. Pada masa itu, telegraf banyak digunakan orang-orang dalam mengirimkan pesan dengan menggunakan sandi morse. Memasuki zaman elektronik, lebih banyak lagi ciptaan-ciptaan manusia seperti komputer dan telepon seluler (ponsel) yang membuat komunikasi semakin mudah.
Teknologi memang membuat manusia merasa sangat terbantu dalam melakukan hampir semua pekerjaannya sepanjang hari, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi pun teknologi sangat berperan. Tetapi, sifat dasar manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya kembali muncul. Walaupun teknologi sudah maju, manusia masih ingin sesuatu yang lebih mudah dan praktis lagi. Baik laki-laki atau perempuan, anak-anak atau dewasa, hampir semua memiliki sifat seperti itu. Apalagi para remaja yang selalu ingin mengetahui perkembangan teknologi yang ada.
Remaja pada zaman sekarang memang telah banyak tahu tentang teknologi informasi maupun komunikasi. Mereka juga telah menggunakan alat-alat teknologi yang canggih seperti komputer dengan layanan internet, laptop (notebook), dan handphone. Bahkan, handphone yang sekarang sedang gencar-gencarnya diiklankan di media, yaitu Blackberry, yang semula pertama kali kita lihat lebih banyak digunakan oleh golongan artis papan atas, sekarang justru telah ada di genggaman tangan sebagian remaja kita. Pemandangan yang unik, bukan?
Tapi, kecanggihan mereka tidak berhenti di situ saja. Setelah mereka memiliki handphone, hal berikutnya yang harus mereka punyai adalah kartu ponsel atau yang lebih dikenal dengan SIM Card agar mereka dapat mengoperasikan ponselnya. Kartu ini berfungsi sebagai identitas ponsel tersebut. Kartu ponsel ini memiliki beragam jenis dan merek, contohnya di Indonesia yang terdapat berbagai kartu ponsel yang ditawarkan beberapa operator pada masyarakat, terutama pada para remaja yang kini sudah “maniak SMS”. Para operator pun menyadari hal itu dan saling berlomba untuk menawarkan harga semurah-murahnya dari seluruh layanan yang diberikan oleh kartu ponsel tersebut.
Semua layanan seperti pesan singkat (SMS), telepon, maupun internet diberi harga/biaya semurah mungkin dengan tujuan masyarakat, khususnya para remaja, memilih SIM Card produksi mereka sehingga dapat mengangkat namanya dan bersaing dengan operator lain. Akhirnya, para remaja tergiur dengan tawaran para operator yang banyak beredar di media massa.
Beragam kartu ponsel yang ada di Indonesia dengan tarif yang begitu murah memang cukup membuat masyarakat pengguna ponsel kebingungan. Mereka dituntut harus memilih satu diantara banyaknya nama produksi kartu yang berukuran kecil dan pipih itu. Tidak terkecuali remaja di sekitar kita. Mereka tampak “linglung” dengan hal ini. Karena mereka sulit membandingkan SIM Card mana yang akan membuat mereka lebih banyak mendapat keuntungan dan manfaat dari kartu yang mereka pilih nanti.
Nah, dari sini kita dapat melihat kartu ponsel manakah yang paling banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya dan remaja pada khususnya. Juga alasan, cara membandingkan, dan manfaat setelah memakainya. Atau mungkin mereka justru mendapat mudharat darinya.
B. Rumusan Masalah
Kartu ponsel apakah yang diminati siswa MTsN Malang I?
Apakah alasan mereka dalam memilih suatu kartu ponsel?
Bagaimanakah cara mereka membandingkan kualitas dari berbagai jenis dan merek kartu ponsel?
Manfaat apakah yang diperoleh setelah menggunakan kartu ponsel yang mereka pilih?
Adakah kerugian atau dampak negatif dari kartu ponsel tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui kartu ponsel apakah yang diminati siswa MTsN Malang I.
Untuk mengetahui alasan mereka dalam memilih suatu kartu ponsel.
Untuk mengetahui cara mereka membandingkan kualitas berbagai kartu ponsel.
Untuk mengetahui manfaat apa yang mereka peroleh setelah menggunakannya.
Untuk mengetahui kerugian/ dampak negatifnya.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Rancangan Penulisan Makalah
Pada penyusunan makalah ini, dilakukan pencarian sumber atau kajian tentang ”Kartu Ponsel yang Diminati Siswa MTsN Malang I” dengan cara melakukan browsing melalui internet, serta pengumpulan data dengan cara melakukan survey melalui angket yang diberikan kepada sebagian siswa-siswi MTsN Malang I.
2. Waktu dan Tempat
Penyusunan makalah ini dilakukan pada tanggal 29 Maret - 29 Mei 2010. Untuk pembagian angketnya, dilakukan pada tanggal 24 Mei 2010 dan bertempat di setiap kelas 7 dan 8 MTsN Malang I. Sedangkan untuk pemrosesan data yang telah diperoleh, dilakukan pada tanggal 24-29 Mei 2010 yang bertempat di rumah salah satu anggota kelompok kami.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kartu SIM
Kartu SIM (Subscriber Identity Module) adalah sebuah kartu pintar seukuran perangko yang ditaruh di telepon genggam yang menyimpan kunci pengenal jasa telekomunikasi. Kartu SIM harus digunakan dalam sistem GSM. Kartu yang mirip dengan SIM dalam UMTS disebut USIM, sedangkan kartu RUIM popular dalam sistem CDMA. Telekomunikasi Seluler di Indonesia
Sementara itu di
dekade yang sama, diperkenalkan teknologi
GSM (
Global System for Mobile) yang membawa teknologi telekomunikasi seluler di Indonesia ke era generasi kedua (
2G). Pada masa ini, layanan pesan singkat (
short message service) menjadi fenomena di kalangan pengguna ponsel berkat sifatnya yang hemat dan praktis. Teknologi GPRS (
General Packet Radio Service) juga mulai diperkenalkan, dengan kemampuannya melakukan transaksi paket data. Teknologi ini kerap disebut dengan generasi dua setengah (
2,5G), kemudian disempurnakan oleh
EDGE (
Enhanced Data Rates for GSM Environment), yang biasa disebut dengan generasi dua koma tujuh lima (
2,75G).
Telkomsel sempat mencoba mempelopori layanan ini, namun kurang berhasil memikat banyak pelanggan. Pada tahun 2001, sebenarnya di Indonesia telah dikenal teknologi CDMA generasi kedua (
2G), namun bukan di wilayah
Jakarta, melainkan di wilayah lain, seperti
Bali dan
Surabaya.
Perkembangan Layanan GSM, Kemunculan Operator CDMA, dan 3G
Pada Februari 2004,
Telkomsel meluncurkan layanan
EDGE (
Enhanced Data Rates for GSM Evolution), dan menjadikannya sebagai operator
EDGE pertama di Indonesia. EDGE sanggup melakukan
transmisi data dengan kecepatan sekitar 126 kbps (KB/detik) dan menjadi teknologi dengan transmisi data paling cepat yang beroperasi di Indonesia saat itu.
Periode 2009
Pada tahun 2009, di Indonesia telah beroperasi sejumlah 10 operator dengan
estimasi jumlah pelanggan sekitar 169,72 juta. Tabel berikut memperlihatkan persentase pilihan masyarakat terhadap beragamnya produk kartu ponsel yang beredar luas.
Operator | Produk | Jaringan | Prefiks | Jumlah Pelanggan (kuartal I/2009) |
| | | | 8,9 juta |
| | | 0817, 0818, 0819, 0859, 0877, 0878 | 24,67 juta |
| | | 0896, 0897, 0898, 0899 | 6,4 juta |
| | | 0856, 0857 | 28,9 juta |
| | 0816, 0815, 0855 |
| | 0815, 0816, 0858 |
| | | 570.000 |
| | | 0885, 0886, 0887, 0888, 0889 | 2,7 juta |
| | | 300.000 |
| | | 0831, 0838 | 5 juta |
| | | FWA dan 0828 | 780.000 |
| | | 0881, 0882, 0883, 0884 | >2 juta |
| | | | 13,49 juta |
| | | 0852, 0853 | 76,01 juta |
| | 0812, 0813, 0811 |
| | 0812, 0813, 0811 |
Sebagian besar operator telah meluncurkan layanan
3G dan
3,5G. Namun, akibat kebijakan pemerintah tentang penurunan tarif pada awal 2008, serta gencarnya perang tarif para
operator, kualitas layanan operator seluler di
Indonesia terus mem
buruk, terutama pada jam-jam sibuk. Sementara itu, tarif
promosi yang diberikan pun seringkali hanya sekedar akal-akalan, bahkan cenderung merugikan
konsumen itu sendiri.
Secara umum remaja atau ABG lebih suka berkumpul dengan komunitasnya baik dalam kehidupan di lingkungan sekolah maupun dalam keseharian. Pencarian identitas, kesamaan pandangan, mendalami pelajaran yang kurang dimengerti di sekolah, hingga pergaulan, adalah alasan untuk menghabiskan waktu lebih banyak bersama teman-teman sebayanya. Tetapi satu dekade terakhir, ada satu hal menarik yang berperan dalam komunitas anak gaul itu. Yaitu keikutsertaan ponsel di mana pun para remaja itu berada. Jika sekolah tidak melarang penggunaan ponsel, maka aneka ragam produk ponsel terbaru akan dengan mudah didapati dalam komunitas usia itu. Seolah harga benda tersebut tak lebih mahal daripada sebungkus rokok. Sehingga ganti model ponsel adalah hal biasa di kalangan pelajar.
Menyertakan ponsel dalam aktivitas harian ini didukung oleh perang tarif termurah yang diberikan berbagai provider seluler di negara ini. SMS gratis, menelepon gratis antar pengguna kartu operator yang sama, layanan MMS, dan chatting bak menggunakan laptop pribadi. Para remaja dimanjakan dengan berbagai layanan gratis seperti yang memang banyak disukai mayoritas anak negeri ini. Jangan heran kalau keponakan anda akan mengirimkan sebuah pesan singkat “Om, ini no saya yg baru”, sekian kali dalam sebulan. Atau menerima SMS tengah malam karena ada layanan SMS gratis meski isinya hanyalah pengiriman ulang dari nomor yang lain. Bahkan kadang anda bisa saja menerima pesan yang sama persis dengan isi yang sama tak pentingnya untuk anda.
Positif dan Negatif Perang Tarif Terhadap Remaja
Remaja sebagai salah satu komunitas pengguna ponsel terbesar, mau tidak mau terpengaruh dengan adanya perang tarif ini. Membelikan ponsel bagi putra-putri remajanya layaknya sebuah kewajiban untuk para orang tua memberikan les tambahan. Meski banyak orang tua yang terbantu dengan kehadiran ponsel berikut perang tarif yang diberikan operator seluler, namun banyak yang tidak menyadari bahwa terjadi perubahan kehidupan sosial para remaja itu. Dan perubahan pastilah memberikan dampak positif maupun negatif, sekecil apa pun.
Tak heran kemudian para remaja lebih banyak berkomunikasi dengan orang tuanya yang sibuk lewat ponsel dibandingkan bertatap muka. Belum lagi jika orang tua kembali ke rumah di saat jam tidur putra-putrinya. Apalagi adanya anggapan sebagian orang tua bahwa bicara lewat ponsel tidak beda dengan kehadiran langsung di hadapan para remaja itu. Padahal bicara dengan bertatapan mata tentu jauh lebih baik kualitasnya dibandingkan hanya membaca tulisan atau mendengarkan suara, meski kata-kata yang dipergunakan sama. Jika hal ini dilakukan secara kesinambungan terhadap usia awal remaja (anak-anak yang masih duduk di bangku SD atau SMP) dapat mengurangi nilai empati anak terhadap orang-orang terdekatnya.
Hubungan anak sebagai siswa juga berpengaruh besar dengan adanya perang tarif ini. Malam hari di mana seharusnya mereka beristirahat untuk belajar keesokan harinya, mereka malah menghabiskan waktu dengan menekan keypad ponsel dan menghabiskan malam dengan SMS-an. Belum lagi jika dari SMS itu timbul, misalnya apa yang ditulis oleh si pengirim pesan ternyata dibaca dengan intonasi dan jeda yang berbeda sehingga menimbulkan kesalahpahaman bagi si penerima pesan. Hingga tak jarang mereka kehilangan konsentrasi saat di kelas.
Bagi orang tua yang biasa mengajak anak-anaknya berliburan ke luar kota dan menggunakan transportasi umum, mungkin akan dapat merasakan juga besarnya pengaruh perang tarif terhadap anak-anaknya. Jika dulu harus menyediakan satu ransel kecil untuk buku-buku cerita atau komik yang dapat dibaca di perjalanan atau saat menunggu waktu keberangkatan di bandara, sekarang hanya perlu mengeluarkan sedikit uang untuk membeli pulsa bagi putranya . Mungkin selama sekian jam di bandara, terutama dengan delay pesawat yang seringkali terjadi, para remaja itu tidak merasakan kebosanan karena masing-masing sibuk dengan ponselnya.
Namun perang tarif yang memanjakan konsumen telpon seluler juga memberikan efek positif dalam pergaulan remaja. Remaja yang tadinya kurang percaya diri dalam berbicara menjadi lebih percaya diri karena tidak perlu memperlihatkan roman muka saat bercakap-cakap dengan lawan bicaranya. Peningkatan kepercayaan diri ini menunjukkan signifikan positif di kehidupan nyatanya. Kelak para pemalu ini akan berani bicara di depan orang lain seperti halnya saat dia mengumbar kata-kata lewat media ponsel.
Selain itu dengan murahnya tarif seluler, remaja sebagai siswa terbantu dalam mengerjakan aktivitas sekolah yang dilakukan dari tempat berbeda. Misalnya siswa-siswi yang sedang melakukan penelitian dan pencarian data di tempat berbeda, dengan mudah dapat memberikan informasi yang telah diperoleh masing-masing. Sehingga kemungkinan kurangnya data dalam satu kali pencarian data akan kecil.
Menelpon nenek atau sanak keluarga lebih tua yang biasanya enggan dilakukan para remaja, menjadi ringan bagi mereka karena hanya perlu mengetikkan beberapa kalimat. Meski tidak sama artinya dengan kunjungan langsung, tetapi berarti sebuah bentuk perhatian bagi para orang tua itu.
Orang tua yang tadinya tidak bisa berkomunikasi dengan anak-anaknya karena harus bekerja untuk jangka waktu tertentu di tempat yang sukar dijangkau, dengan mudah menghubungi putra-putrinya. Namun sekali lagi, intensitas ini harus diimbangi dengan komunikasi nyata saat para orang tua mempunyai kesempatan bersama putra-putri tercintanya.
BAB III
PEMBAHASAN
Dari sekitar 400 orang jumlah siswa-siswi kelas 7dan 8 MTsN Malang I, kami telah membagikan sekitar 320 lembar angket. Dari jumlah tersebut, kami akan mengambil 230 lembar yang nantinya akan dijadikan sample.
1. Kartu Ponsel yang Diminati
Berdasarkan rekapitulasi hasil angket yang kami peroleh, dapat dilihat bahwa mayoritas siswa-siswi MTsN Malang I memilih untuk menggunakan salah satu Kartu Ponsel produksi Indosat yaitu IM3. Hampir 50% dari jumlah sample didominasi oleh IM3, kendati terdapat Kartu Ponsel yang lain seperti simPATI dan XL yang juga tidak kalah tenar.
Grafik 1: Nama Produk Kartu Ponsel dan Jumlah Pengguna
2. Alasan dalam Memilih Kartu Ponsel
Dalam memilih Kartu Ponsel, diperlukan suatu alasan atau motif yang menjadi latar belakang atas kehendak kita dalam memutuskan kartu mana yang akan digunakan. Banyak alasan yang dikemukakan oleh para siswa-siswi MTsN Malang I dalam hal ini. Salah satu dari beberapa alasan tersebut adalah karena Kartu Ponsel tersebut memiliki sinyal yang bagus walaupun sedang berada di tempat yang jauh dari keramaian sehingga memudahkan mereka untuk saling berkomunikasi. Sekitar 50 siswa memilih SIM Card karena alasan ini.
Alasan yang lain adalah murah. Mungkin inilah yang pasti akan dipikirkan oleh seseorang yang akan menggunakan Kartu Ponsel, terutama para remaja. Seperti yang dikatakan di bab 1 bahwa mereka sudah sangat menyukai kegiatan saling kirim SMS ke sesama. Hal ini juga terjadi di siswa maupun siswi MTsN Malang I dimana kebanyakan para siswa-siswi memilih SIM Card karena murahnya tarif atau biayanya. Mengapa demikian? Karena tarif yang murah menyebabkan pulsa mereka tidak lekas habis apabila melakukan pengiriman pesan singkat atau menghubungi orang lain. Lebih kurang 40% siswa-siswi MTsN Malang I melihat murah atau tidaknya biaya layanan yang tersedia terlebih dahulu sebelum menggunakannya.
Selain kedua alasan di atas siswa-siswi MTsN Malang I yang seluruhnya merupakan remaja juga memiliki beberapa alasan lain seperti halnya asal-asalan untuk memilih. Mungkin hal ini disebabkan karena mereka yang masih berusia remaja itu, cuek terhadap hal-hal yang mereka anggap tidak terlalu penting. Selain itu, alasan mereka ialah ikut oleh pengaruh orang lain. Salah satu faktor yang menyebabkan mereka memilih alasan ini ialah mungkin karena saudara, sahabat, atau keluarganya menggunakan kartu yang sama dengan kartu yang digunakan olehnya jadi hubungan yang mereka lakukan bisa berjalan dengan lancar karena kesamaan Kartu Ponsel yang mereka gunakan. Diagram di bawah ini menunjukkan keseluruhan data yang diperoleh.
Grafik 2: Alasan menggunakan Kartu Ponsel
3. Cara Membandingkan Kualitas Kartu Ponsel
Sebelum membeli SIM Card biasanya orang akan membandingkan terlebih dahulu kartu manakah yang mempunyai kualitas paling baik. Mereka akan mencari informasi melalui media massa, baik cetak maupun elektronik berupa iklan yang menawarkan layanan-layanan menarik dari kartu tersebut dengan tarif murah dan terdapat bonus-bonus seperti SMS gratis. Bagi para siswa-siswi MTsN Malang I juga menginginkan suatu keuntungan dari Kartu Ponsel yang akan mereka gunakan. Sekitar 30% dari mereka lebih mengutamakan murah atau tidaknya tarif yang ditentukan oleh operator SIM Card tersebut. Siswa-siswi melihat tingkat kemurahan biaya dari berbagai macam kartu ponsel yang beredar di Indonesia.
Selain melihat dari tingkat kemurahan tarif, para siswa-siswi juga membandingkan dari segi banyaknya bonus. Karena dengan ditawarkannya bonus-bonus, para pengguna umumnya akan tertarik untuk memilih salah satu produk Kartu Ponsel. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.
Grafik 3: Cara membandingkan kualitas.
4. Manfaat yang Diperoleh
Setelah menggunakan Kartu Ponsel yang dipilih, pasti terdapat beberapa manfaat, di antaranya adalah keuangan kita menjadi lebih hemat dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena berkaitan dengan tarif murah yang ditetapkan operator. Akibat tarif murah tersebut pulsa kita tidak akan cepat habis sehingga dapat mengurangi pemborosan disebabkan sering membeli pulsa.
Berdasarkan data dari siswa-siswi MTsN Malang I dapat dilihat bahwa manfaat yang banyak mereka peroleh adalah mereka dapat lebih sering berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan teman, orangtua, maupun yang lainnya. Manfaat berikutnya adalah hubungan dengan orang lain akan semakin erat karena seringnya terjadi komunikasi antara keduanya. Dampak ini timbul juga karena murahnya biaya untuk berkomunikasi, sehingga mereka tidak perlu khawatir akan kehabisan pulsa setelah menelepon seseorang dalam waktu lama misalnya.
Grafik 4: Manfaat yang diperoleh setelah menggunakan Kartu Ponsel.
5. Kerugian dan Dampak Negatif yang Muncul
Banyak manfaat yang datang dari SIM Card. Tetapi, selain manfaat, SIM Card pasti juga menyebabkan kerugian atau dampak negatif bagi para penggunanya. Contoh kerugiannya seperti seringnya terjadi masalah atau trouble pada jaringan operator atau pada saat pengiriman pesan singkat. Sebanyak ± 30 siswa mengeluh tentang hal tersebut, terutama bagi siswa atau siswi yang gemar SMS-an dan chatting. Karena dalam melakukan chatting harus cepat membalas obrolan lawan bicara. Namun apabila terjadi kesalahan, misalnya pesan dipending atau lama sampai tujuan. Beberapa kerugian dan dampak negatif lainnya yang biasa timbul adalah masih terdapat tarif yang mahal sehingga terjadi pemborosan, menjadikan lupa waktu, membuat kita malas, dan terutama mengganggu konsentrasi belajar.
Grafik 5: Kerugian yang diperoleh.
Kerugian/dampak negatif | Persentase (%) |
Boros | 14,4 |
Tarif mahal | 14 |
Sinyal lemah | 22,6 |
Trouble | 5,2 |
Masa aktif singkat | 2,2 |
Lupa waktu | 4 |
Mengganggu pelajaran | 2,2 |
Lebih malas | 0,9 |
Tidak ada kerugian | 30,4 |
Lainnya | 4,8 |
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa IM3 adalah SIM Card yang paling banyak diminati oleh mayoritas siswa-siswi di MTsN Malang I. Mereka memilih Kartu tersebut dengan berbagai macam alasan sehingga dapat lebih mudah untuk membandingkan kualitas Kartu yang satu dengan Kartu yang lain. Sebagai seorang konsumen, pasti selalu ingin memiliki barang yang mempunyai kualitas yang bagus, apalagi bila harga barang tersebut cukup murah. Kalimat tadi berkaitan dengan siswa-siswi yang memilih suatu Kartu dengan melihat dari tingkat kemurahan biaya untuk beberapa layanan yang ditawarkan.
Dalam menggunakan suatu barang pasti terdapat manfaat atau dampak positif yang didapat dan kadang-kadang juga ada kerugian atau dampak negatif yang harus ditanggung. Dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa para siswa banyak yang mengutarakan manfaat dari SIM Card yang mereka pakai adalah mereka bisa menjadi lebih sering berkomunikasi dengan orang dekatnya, misalnya dengan teman. Sedangkan kerugian yang biasa mereka jumpai adalah masih terdapat tarif yang mahal dari layanan yang ada sehingga menghabiskan pulsa mereka dan menuntut mereka untuk segera mengisi pulsa. Tetapi hal itu cenderung menuju ke arah pemborosan. Jadi, itulah salah satu dampak negatif yang mungkin didapat.
B. Saran
Sebelum memilih Kartu Ponsel yang akan digunakan, ingatlah terlebih dahulu akan dipakai untuk apa Kartu tersebut. Jangan hanya dilihat dari tarifnya yang rendah dan berbagai macam bonus karena itu dapat membuat kita lupa waktu bila terlalu menikmatinya.
Kemudian, setelah memutuskan Kartu mana yang akan digunakan, berusahalah untuk memanfaatkan sebaik mungkin. Gunakan seperlunya untuk mengirim pesan singkat (SMS) yang baik kepada orangtua atau teman. Jangan digunakan untuk mengirim SMS yang tidak penting karena selain boros pulsa (walaupun mendapat bonus) juga buang-buang waktu dan energi.
Daripada melakukan hal semacam itu, lebih baik melakukan sesuatu yang jauh lebih bermanfaat, contohnya membaca buku, mengaji, membantu orangtua, dan sebagainya. Mungkin dengan melakukan itu, kita dapat menghindari dan meminimalisir timbulnya kerugian dan dampak negatif dari SIM Card tersebut.
Daftar Pustaka